Menurut salah seorang pengguna setia Waze, Eko Juniarto, yang merupakan IT Project Manager Pasifik Satelit Nusantara, Waze adalah aplikasi yang memanfaatkan penggunanya untuk berbagi dan mengetahui situasi lalu lintas sekaligus menyajikan navigasi, bak perangkat Global Positioning System (GPS).
Layaknya sebuah perangkat GPS, Waze bisa mengeluarkan perintah suara. Pilihan rute dibuat berdasarkan jarak dan kondisi macet yang dilaporkan para member. Jalur yang berwarna merah berarti sedang terjadi kemacetan di sana.
"Kelebihan Waze ada pada realtime traffic update,". Pengguna bisa melaporkan situasi lalu lintas jalur yang dilewati. Apakah terjadi kemacetan, atau hal apa yang menyebabkan kemacetan? Laporan macam ini disebut laporan aktif.
Laporan ini sangat berguna untuk orang lain agar mendapat informasi lalu lintas secara real time.
Sedangkan yang disebut laporan pasif, pengguna tak harus melaporkan kondisi jalur yang dilewati. Dengan mengaktifkan Waze dan menentukan tempat tujuan (drive to), sudah berupa laporan pasif yang merekam data kecepatan rata-rata.
Nah, semangat berbagi inilah yang membuat jejak peta yang telah dilewati satu pengguna, akan jadi acuan dalam berkendara oleh pengguna lainnya.
Pilihan rute dari aplikasi Waze sangat bergantung pada orang lain yang sudah melewati rute tersebut. Untungnya, menurut Eko, pengguna Waze di Jakarta sudah cukup banyak, sehingga menambah jumlah rute.
Mengenai kekurangan Waze, menurut Eko ada pada sistem update peta yang tidak seketika. Selain itu, saat mengemudi pengguna akan sulit untuk berkomunikasi. "Fitur Chit Chat untuk melakukan chatting sepertinya kurang efektif. Karena pengemudi pasti fokus ke jalan," kata Eko.
Waze merupakan aplikasi gratis yang telah tersedia untuk platform iOS, Android, BlackBerry (masih versi Beta), Windows Mobile dan Symbian. Namun, tidak semua jenis smartphone mendukung Waze.
Untuk mengunduh dan mengetahui merek dan tipe smartphone macam apa yang mendukung Waze, bisa dilihat di tautan ini
- Kompas
0 komentar:
Posting Komentar