Mendapatkan kehamilan yang tidak terduga memang kerap menimbulkan beban mental tersendiri. Akibatnya banyak praktik aborsi yang dilakukan meski itu terbilang ilegal. Apa saja bahaya dari aborsi ?
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia "tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang".
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Aborsi bukanlah suatu prosedur medis yang sederhana. Jika dilakukan secara sembarangan dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
Bahkan bagi beberapa perempuan hal ini dapat mempengaruhi fisik, emosional dan spiritualnya. Namun tidak semua orang tahu tentang risiko yang bisa dialami jika melakukan aborsi.
A. Resiko Kesehatan dan Keselamatan Fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu :
- Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
- Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
- Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
- Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
- Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
- Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
- Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
- Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
- Kanker hati (Liver Cancer).
- Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
- Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy).
- Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
- Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).
- Pendarahan Hebat. Jika leher rahim robek atau terbuka lebar akan menimbukan pendarahan yang dapat berbahaya bagi keselamatan ibu. Terkadang dibutuhkan pembedahan untuk menghentikan pendarahan tersebut.
- Infeksi. Infeksi dapat disebabkan oleh alat medis tidak steril yang dimasukkan ke dalam rahim atau sisa janin yang tidak dibersihkan dengan benar.
- Aborsi Tidak Sempurna. Adanya bagian dari janin yang tersisa di dalam rahim sehingga dapat menimbulkan perdarahan atau infeksi.
- Sepsis. Biasanya terjadi jika aborsi menyebabkan infeksi tubuh secara total yang kemungkinan terburuknya menyebabkan kematian.
- Kerusakan Leher Rahim. Kerusakan ini terjadi akibat leher rahim yang terpotong, robek atau rusak akibat alat-alat aborsi yang digunakan.
- Kerusakan Organ Lain. Saat alat dimasukkan ke dalam rahim, maka ada kemungkinan alat tersebut menyebabkan kerusakan pada organ terdekat seperti usus atau kandung kemih.
- Kematian. Meskipun komplikasi ini jarang terjadi, tapi kematian bisa terjadi jika aborsi menyebabkan perdarahan yang berlebihan, infeksi, kerusakan organ serta reaksi dari anestesi yang dapat menybabkan kematian.
B. Meningkatkan Resiko Kanker Payudara
Tindakan aborsi memang memiliki banyak risiko. Salah satunya, meningkatkan risiko kanker payudara tiga kali lipat. Hal itu menurut tim peneliti dari University of Colombo di Sri Lanka.
Faktor lain yang juga memengaruhi meningkatnya risiko kanker payudara adalah menopause dan merokok. Penelitian yang dipublikasi dalam Journal Cancer Epidemiology ini merupakan penelitian terbaru yang menunjukkan hubungan antara aborsi dan kanker payudara.
Penelitian ini merupakan pengujian epidemologi keempat yang melaporkan hubungan penelitian ini di China, Turki dan Amerika Serikat. Hasil kesimpulan penelitian pun tidak jauh berbeda.
Tetapi, penelitian ini masih harus disempurnakan. Karena, menurut peneliti di Inggris ada kemungkinan sampel yang rusak secara statistik. "Ini penelitian kecil yang hanya melibatkan 300 orang. Jadi, secara statistik ada kemungkinan sampel rusak. Penelitian yang lebih besar, pada ribuan wanita menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan," kata Dr Kat Arney, Manajer Informasi dari Cancer Research UK, seperti dikutip dari Daily Mail. grave harm.’
Meskipun begitu, menurut tim peneliti dari "Royal College of Obstetricians and Gynaecologists", telah mengakui kemungkinan ada hubungan antara kanker payudara dan aborsi. Tetapi, sebagian besar profesional medis di Inggris tetap tidak yakin.
C. Resiko Kesehatan Mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini :
- Kehilangan harga diri (82%).
- Berteriak-teriak histeris (51%).
- Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%).
- Ingin melakukan bunuh diri (28%).
- Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%).
- Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%).
Sedangkan efek aborsi terhadap faktor emosional adalah menimbulkan kelainan pola makan, timbul rasa bersalah yang dapat memicu stres atau depresi serta kemungkinan disfungsi seksual.
Mendapatkan kehamilan yang tidak terduga memang menimbulkan beban mental tersendiri, tapi memilih untuk melanjutkan kehamilan dan menjadi orangtua adalah satu-satunya pilihan yang terbaik.
Bicaralah dengan seseorang yang bisa dipercaya serta adanya dukungan dari orang-orang disekitar akan membantu seseorang menjalani kehamilan yang tidak diinginkannya itu. Yang terpenting adalah urusan anda dengan Sang Pencipta anda, karena apa yang anda lakukan akan anda pertanggungjawabkan nanti akhirnya ... Soo ... Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda.
0 komentar:
Posting Komentar